Teman

Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

SADARI sebelum kita SENASIB!!!

Namaku Radit, sebut saja seperti itu. Tidak banyak yang bisa aku katakan jika nasehatku justru ditentang dengan mengatas namakan masa lalu. Memang masa laluku sangatlah suram untuk dikenang. Apa lagi beberapa tahun terakhir ini. Mungkin penyesalan selalu jadi akhir dari sebuah petualangan, Petualangan yang salah.

Sahabat-sahabatku, apa kalian mendukung hubungan tak resmi yang kalian sebut dengan nama pacaran? Jika kalian sedang merasakan hubungan yang manis dengan kekasih kalian, pastilah kalian akan mendukung hubungan itu. Sama seperti kalian, aku pun tidak luput dari proses pendewasaan remaja sekarang yang begitu identik dengan hubungan ini. Pacaran atau tidak, itu terserah kalian. Tapi aku hanya ingin berbagi kisah hidup. Seperti kebiasaan yang telah jadi life style di jaman global ini. Tak ada keluhan yang lolos dari update di social network.

Jika waktu di hitung mundur dari sekarang sampai masa SMAku. Mungkin dimulai dari beberapa bulan yang lalu, akan kalian temui sederetan kesalahan fatal bersiklus yang telah aku lakukan. Pelan tapi sangat pasti, tertutupi tapi sangat nyata. Bukannnya aku berani menfatwakan kalau pacaran itu haram. Karena aku tak cukup ilmu untuk bisa mengatakan itu, apalagi ilmu agama. Sangat tidak pantas aku menasehati jika mengukur dari sana.

Seperti anak muda pada umumnya. Aku juga pernah sangat menentang kalau ada yang mengatakan, pacaran itu dilarang oleh agama. Berbagai argumen bisa spontan dilafalkan oleh lidahku jika kalimat-kalimat seperti itu terdengar. Berusaha bela kepentingan hati yang kuanggap selalu suci berkata-kata. Tanpa kuperhatikan apa yang mendiam di rongga-rongganya.

Dulu ada teman yang mengatakan padaku kalau pacaran itu lebih banyak negatifnya dibandingkan dengan efek positifnya. Lalu lidahku menyangkal, kalau begitu, saya juga adalah orang yang merasa bahagia dengan sedikit dampak baik itu. >Pacaran itu tidak dihalalkan oleh agama karena tidak pernah dicontohkan pada zaman Rasulullah, sangat mudah juga untuk kusangkal. Hanya dengan mengatakan bahwa pacaran juga tidak ada dasar hukumya yang melarang dalam agama. Berarti boleh-boleh saja aku bertahan dengan dalil Aqli (mungkin akal bulus maksudnya). Lalu ada juga yang mengatakan kalau pacaran itu sangat dekat dengan zina, tetap

juga bisa kusangkali. .Bagiku tergantung orangnnya saja, kalau yang menjalani niatnya mau zina, ya bisa saja pacaran itu dilarang. Dan sederet statement yang mengatakan pacaran itu tidak boleh, selalu saja ku punya alasan untuk menentang. Hingga tiba saatnya pengalaman sendiri yang mengajarkan padaku.

Pengalaman memang seorang guru yang terbaik. Tetapi sejauh mana baiknya jika pengalaman itu telah bercampur dengan dosa besar dan penyesalan. Penyesalan yang tak ada gunanya lagi. Nasi telah berubah jadi bubur.

Dahulu tak pernah kusadari kalau akhirnya aku terjerumus di lembah paling rendah dari prilaku manusia. Aku lindungi privasi dan kepentingan-kepentinganku demi lancarnya hubungan dengan sang kekasih. Tapi semua yang kulindungi itu tak akan melindungiku dari sengatan api neraka. Justru semua yang kuperjuangkan dan kulindungi itulah yang begitu indah menggiringku kepada azab Allah.

Pertama kali aku pacaran, sebagaimana remaja yang pertama kali rasakan cinta dengan lawan jenis. Aku begitu bahagia dengan hubungan itu, apa lagi pacarku adalah orang yang jadi first love dalam hatiku. Waahhh sungguh indah tak tergambarkan dengan deretan aksara. Hari-hari kulalui dengan hanya menyimpan namanya dalam ingatanku. Setiap doa, aku selip namanya. Semakin hari kami semakin dekat, hitungan hari, minggu, bulan, hingga tahun kami semakin dekat. Mulai dari merasa segan, lalu diawali dengan berpegangan tangan, semakin lama rasa saling memiliki semakin kuat, hingga tepat pada hari Ultahku, dia berikan first kiss-nya yang mendarat tepat pada pipi kananku. Hal yang mendebarkan, serasa ingin terbang. Tapi tak pernah sadar terbang kemana (peta ke neraka).

Hitungan minggu sejak kejadian itu, aku pun berikan kecupan yang sama padanya. Hingga hari berlalu yang semakin menyisakan keberanian di antara kami. Masa hari terakhir sekolah untuk liburan jadi moment indah yang tak lolos dari tanda perpisahan. Kala itu dia memelukku untuk ucapkan kata sampai ketemu lagi kak! Lalu kubalas pelukannya dengan dekapan hangat. Hangat. Benar-benar hangat. Perasaan menyatukan kami seperti suami-istri. (perasaan hangat berasal dari panas, dan panas tetap dari api)

Waktu liburan jadi sebuah bank yang menabung limpahan rasa rindu yang berisi gumpalan-gumpalan syahwat. Hingga saatnya sekolah lagi dan melepas rasa rindu itu dengan kebersamaan, dekapan, dan buaian. Tanpa sadar apa yang telah dilakukan. Salah atau benar, kami menikmati. Beratas namakan kasih sayang. Kami ukir janji di sebuah hari. Janji untuk bersama selamanya. Begitu yakin seolah cinta itu sebuah

tombak untuk melawan takdir.

Lalu dari keyakinan itu terpupuk subur rasa saling memiliki yang begitu kuat. Rasa saling percaya yang begitu erat, hingga cinta yang begitu membara. Cinta yang kami tak pernah sadari bahwa itu semua dilarang.

Waktu berlalu begitu cepat namun rasa saling percaya dan saling memiliki kami juga tumbuh sangat subur. Singkat cerita, suburnya hubungan itu jadi tunggangan setan untuk menggoda. Aku mulai tergoda untuk mencoba yang tak pernah kurasakan. Tak perlu aku cerita apa yang terjadi, yang pasti kami telah lakukan hubungan yang terlarang, dengan mengatas namakan cinta. Meskipun deg-degkan tapi hubungan haram itu terasa indah. Menurut kami itu adalah bukti kami saling menyayangi (sebenarnya saling menjerumuskan), meskipun sebenarnya itu bukan kasih sayang, tapi itu nafsu. Perangkap setan nomer tiga untuk menyesatkan kita. Setelah dua perangkap lainya, yaitu harta dan tahta.

Hati kami semakin tetutup dari hidayah. Kami tak bisa lagi membedakan yang mana kasih sayang dan yang mana tekanan nafsu. Seperti hubungan haram sebelumnya. Setiap setelah itu, hubungan itu menjadi suatu kebiasaan dan tidak lagi kami merasa ragu ataupun takut melakukannya. Iya!!! Kini cinta yang aku anggap suci tak kusadari telah terinfeksi syahwat yang kini menjalar disetiap aliran kehangatan yang terasa. Hingga suatu kejadian membuatku putus dengan pacar pertamaku. Sangat sakit rasanya, tapi tak tahu bagaimana cara menyembuhkan luka hati yang tersisa. Hati batu yang telah retak.

Dengan hati yang telah fasik dengan hidayah ini. Aku lakukan apapun untuk sembuhkan hatiku. Mulai dari mabuk minuman keras, hancur-hancuran dengan obat-obatan, hingga zina yang telah jadi gaya hidup untuk salurkan hasrat yang tak mampu kubendung karena sudah sering aku rasakan.

Begitu seterusnya siklus yang berlangsung dalam hari-hariku. Aku pacaran dengan banyak gadis yang tentu saja tidak luput dari jeratan gaya free sex yang telah mendarah-daging dalam diriku. Putus dan cari lagi, putus dan cari lagi.. hilang satu, tumbuh satu lagi. Begitu seterusnya. Hingga suatu hari aku bertemu dengan seorang gadis yang sangat jauh berbeda dengan mantan-mantanku sebelumnya. Yang ini dia punya aura religius yang sangat-sangat tampak.

Awalnya aku juga sangat segan mendekatinya Tentu saja aku segan, karena melihat gayaku yang selenge'an dan dia yang begitu alim dengan jilbab selengannya. Ah! Tentu saja aku tak mungkin mendapatkan gadis seperti itu dengan keadaanku

yang sekarang. Akal merasa tidak mungkin, tapi hati yang telah gelap ini tak berhenti mengagumi.

Hingga suatu ketika aku temukan acuont-nya di salah satu situs social net. Aku memulai dengan mengirimkan permintaan pertemanan. Hingga saat dia mengconfirm aku mulai mencari tahu bagaimana dia. Awalnya sikapnya begitu dingin terhadap wall post yang selalu aku kirimkan. Tapi lambat laun dengan bermotifkan oleh rasa suka padanya, hingga aku pun juga mengubah penampilanku. Agar lebih meyakinkannya, aku mulai ikut pengajian-pengajian yang sering dia ikuti. Pelan tapi pasti, dengan melihat keadaanku yang berubah saat itu dia sudah mulai menjawab pesan-pesan yang aku kirimkan. Meskipun dengan aksen yang sangat dia jaga, tapi paling tidak telah ada sebuah respon darinya.

Singkat cerita aku benar-benar berubah karenanya. Aku jadi sering mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan untuk menambah ilmu. Tapi dasar hati yang telah membatu, meskipun aku sering ikut kegiatan seperti itu, tetap saja aku belum menyesali perbuatan-perbuatanku di masa lalu. Aku mendekatinya dengan penuh gigih dan pantang menyerah. Hingga dia pun luluh dalam perjuanganku.

Tidak perlu banyak kuceritakan tentang proses pendekatan itu. Aku telah dekat dengannya dan berjanji akan melamarnya, tapi untuk sementara agar kami saling mengenal. Kami akan pacaran dulu, begitu tawaranku. Awalnya dia juga tidak setuju, tapi sekali lagi berkat kegigihanku akhirnya benteng pendiriannya pun kutaklukkan.

Beberapa bulan kami pacaran, saat dekat kami saling menjaga jarak, tapi saat jauh kami saling merindukan. Begitu seterusnya hingga tiba saatnya aku sakit keras di tempat kontrakanku. Aku tak punya keluarga di kota ini, hingga tak ada yang merawatku. Aku sendirian, tak bisa apa-apa. Mungkin tak kuat menahan ibah, akhirnya dia datang ke kontrakanku. Memasak untukku dan juga meminumkanku obat. Aku tersenyum bahagia melihat dia lakukan semua itu. Hingga saat dia duduk meminumkanku obat, aku menatap matanya. Lalu kuucapkan terima kasih padanya. Tak sampai disitu saja, seperti tak kehabisan kesempatan, setan selalu jadi pihak ketiga saat dua orang anak Adam yang bukan muhrin berdua dalam suatu tempat. Saat menatap matanya, justru muncul dalam hatiku keinginan yang sangat terlarang. Tapi buruknya keinginan itu tak mampu di lawan oleh tubuh sakit yang kupunya ini. Tak kuasa ku menahan, akhirnya kumulai berbuat salah. Dia melawan tapi tak mampu menahan kuat dan eratnya cengkramanku. Hingga terjadilah.. Aku telah menodainya. Merusak diri, kepercayaan dan kasih sayangnya. Di sana dia hanya menagis tak

berkata-kata setelah apa yang kulakukan. Tak peduli sedikitpun kata-kataku. Aku berjanji akan bertanggung jawab tapi dia juga tak bergeming dari tangis diamnya. Hingga dia pergi meninggalkan tampat kontrakanku itu.

Tak lama setelah dia pergi, aku coba menghubungi hanphone-nya . Tapi sudah tidak aktif lagi. Aku khawatir tapi tak kuasa aku terbangun dengan tubuh sakitku yang telah kehabisan energi untuk dosa tadi. Hingga esok hari dia menghilang dari kampus, hilang entah kemana. Kucoba mencari ketempat kontrakannya tapi kata orang-orang di situ, dia kembali kekampungnya. Buruknya lagi, tak ada yang tahu dimana kampungnya karena dia juga baru-baru mengontrak rumah di tempat itu. Lalu apa yang akan aku lakukan? Menyesal? Terlambat.

Kalau sudah seperti kesalahan-kesalahan yang telah kubuat, apa kalian masih bisa mengatakan kalau pacaran itu sah-sah saja? Semua yang dahulu aku katakaan tidak mungkin kulakukan, sekarang telah tak sadar kulakukan. Cinta... Nafsu berbalut kehangatan. Dahulu aku selalu membantah jika ada yang menasehatiku agar tak boleh pacaran, tapi kini aku telah mengalami sendiri. Sekuat apa kalian menahan godaan setan yang menunggangi syahwat? Aku tak berani menasehati, aku hanya ingin kisahku jadi pertimbangan untuk semua. Apa yang jadi alasan kalian saat membela hubungan pacaran??? Apa kalian akan mengatakan kalau pacaran itu tuntutan kata hati? Dan kata hati itu selalu benar. Kalau kalian mengatakan itu maka kalian harus memastikan seberapa bersih hati kalian saat berbisik pada keinginan. Jika kalian mengatakan bahwa dalam berpacaran kalian diselimuti oleh perasaan hangat hingga kalian tidak merasa bersalah? Kalau benar begitu, apa kalian tidak sadar kalau perasaan hangat itu berasal dari mana? Perasaan hangat itu berasal dari api dan seberapa kecilpun sebuah nyala api, dia tetap bisa membakar apa saja yang dia sentuh. Apa kalian mengatakan bahwa kalian hanya saling merindukan tanpa pernah berbuat sepertiku??? Kalau begitu seberapa lama waktu yang dibutuhkan agar rasa rindu itu bermetamorfosis jadi nasfu sex??? Atau seberapa besar rindu pada kekasih kalian yang menutupi rasa rindu kalian pada Allah sang pencipta kalian???

Saudara-saudaraku.. SADARI sebelum kita SENASIB!!!


Kiriman Kisah nyata dari : Akhi M I (nama disamarkan)




Kesimpulan dari aku:
1. pacaran ujung2x NAFSU
2. jika laki2 n prempuan brduaan maka yg ketiga adlh syaitan
3. penyesalan i2 sllu datang trlambat
4. lbih baik mencegah daripada mengobati
5. Nauzu billaahi minzaalik.
....

Smoga kisah tsb mjd penguat keyakinan qt..bahwa syariat islam itu diciptakan Alläh utk kebahagiaan/ketentraman/maslahat manusia itu sendiri..
Smoga qt bs istiqomah di jalan NYA,
Amin
sumber : cinlal

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar